Pada bulan puasa tahun ini, Tommy Salim fokus latihan motocross. Paling tidak seminggu sekali, pembalap yang tergabung dalam 76Rider Supermoto Squad sering latihan ngekros di sirkuit Banyu Biru Pasuruan, Jawa Timur.
“Iya nih, lagi serius latihan motocross,” senyum pria kelahiran Surabaya, 25 Januari 1995, sambil berkomentar singkat, “Benerin teknik jumping…”
Nah di sini yang menarik. Menurut Tommy, bagi sebagian besar pembalap supermoto yang berlatar belakang road race, teknik jumping yang benar itu jadi masalah besar.
“Karena kalau saya lihat, kebanyakan kita asal jumping aja. Bisa jumping-nya tapi nggak bisa landing-nya,” kekeh Tommy yang sebelumnya menekuni road race, dan sempat menjuarai Asia Cup of Road Racing Championship (ARRC) di Cina tahun 2011, dan posisi ke-4 di Suzuka 4-Hours Endurance Suzuka – Jepang.
Padahal dampaknya sangat merugikan sekali. Selain kecolongan waktu, juga lumayan menguras fisik. Itu karena pembalap terpaksa harus mengoreksi dan menstabilkan posisi motor.
Bahkan kalau apes saat landing dengan posisi roda depan jatuh duluan, bisa berakibat fatal karena nyungsep!
“Itu terjadi karena teknik jumping nggak bener. Biasanya, pas landing, roda depan lurus, tapi roda belakang ke mana-mana. Kadang miring ke kiri atau ke kanan,” sergah Tommy.
Jawara Trial Game Asphalt 2019 kelas Trail 175 Open ini bahkan mengaku, selama 2 tahun berkompetisi di supermoto, ia masih belum tahu teknik jumping yang benar.
“Baru nyadar ketika ngobrol-ngobrol sama teman-teman di motocross, ternyata posisi jumping yang benar itu, kedua kaki harus menjepit tangki motor kuat-kuat, sehingga motor terkontrol tidak lari ke sana-sini,” tutur Tommy.
“Selain itu, saat melayang, kita bisa kontrol posisi motor dengan memainkan gas. Tujuannya juga agar motor tidak terlalu lama melayang karena bisa merugikan waktu,” imbuh Tommy.
Dari sinilah Tommy merasa sudah waktunya untuk belajar teknik motocross dengan serius.
“Karena banyak yang dipelajari. Selain belajar beberapa teknik motocross yang bener, juga sekalian latihan fisik,” terang Tommy.
Diakuinya, tidak mudah untuk bermain motocross. Terutama dalam hal fisik, bagi yang belum terbiasa.
“Pertama kali nyoba, 5 lap saya langsung ngos-ngosan,” senyum Tommy.
Apalagi latihan dilakukan selama puasa, di bawah pengawasan ayahnya sendiri, Gunawan Salim yang adalah mantan pembalap nasional motocross.
Sebelumnya, Tommy Salim dikenal aktif bermain adventure atau trabasan untuk mengisi waktu luangnya. Namun menurut Tommy, latihan motocross tidak bisa disamakan dengan trabasan.
“Beda banget sih. Kalau trabasan kan kita enggak terlalu nge-push. Beda sama motocross yang dituntut all out dalam hal kecepatan, skill berkendara dan ketahanan fisik. Jadi memang perlu banget sih,” pungkas Tommy yang membesut KTM 250 selama sesi latihan. (BM)