Motocross

Motocross

Home » Stories » Motocross
Boyo Maladi | 01 January 1970

Ketika seorang crosser mulai merasakan motornya kurang kencang, merasa dirinya mampu bawa motor yang lebih cepat lagi, atau merasa motor harus menyesuaikan karakter balapnya, maka dari sinilah biasanya keinginan memodifikasi motor ini muncul.

“Kemudian crosser ini biasanya akan membahasnya dengan mekanik, dan dari komunikasi inilah kemudian akan muncul, settingan seperti apa yang tepat. Atau modifikasi seperti apa yang akan dilakukan,” buka Agha Riansyah, crosser muda yang tergabung dalam 76Rider MX Squad, dan dikenal juga sebagai freestyler dengan aksi akrobatiknya yang memukau.

Untuk itu, akan halnya pembalap pada umumnya, crosser pun dituntut mampu merasakan motornya. “Semakin crosser ini jeli dalam menyampaikan kekurangan pada motornya, maka mekanik akan lebih mudah mencarikan solusi setting yang tepat,” ujar pria kelahiran Pasuruan, 08 Mei 1992 ini.

Soal modifikasi di kejuaraan motocross sendiri, Agha mengatakan bebas-bebas saja. Mulai dari suspensi, kelistrikan, ECU, hingga knalpot bebas. “Semua boleh diganti produk racing,” pungkasnya.

Tapi ada juga batasannya. “Sesuai regulasi, kita tidak boleh mengubah kapasitas maksimal mesin sesuai kelas yang kita ikuti. Mulai kelas 50cc, 65cc, 85cc, 125cc, 250cc, dan 450cc,” pesan Agha.

Begitu juga diameter roda. Harus sesuai regulasi. Kelas 50cc, misalnya wajib memakai diameter roda depan 10 inci dan belakang 12 inci. Kelas 65cc pakai diameter 12 inci depan dan 14 inci belakang. Lalu kelas 85cc pakai kombinasi diameter roda 16 inci dan 19 inci depan-belakang. Sementara untuk kelas 125cc ke atas harus pakai diameter roda depan 19 inci dan belakang 21 inci.

Untuk modifikasi pada besutannya sendiri, Agha mengatakan sebatas penggantian komponen plug and play. “Misal knalpot saya pakai produk FMF, dan ECU pakai produk aftermarket, Vortex,” tunjuk Agha sambil menambahkan modifikasi ini dilakukan supaya motor sesuai dengan karakter balapnya dan kenyamanan.

“Cuma untuk suspensi saya main custom aja. Maksudnya di-adjust sendiri dengan cara ganti kekerasan per, ganti volume oli dan tekanan angin. Cara seperti ini lebih murah ketimbang ganti suspensi bermerek,” senyum Agha. (BM)



MORE STORIES