Pada kejuaraan motocross maupun supermoto di tanah air, ada dua tipe motor yang digunakan. Pertama adalah motor trail seperti yang beredar di jalan raya, dan yang kedua motor spek balap atau lebih dikenal dengan sebutan Special Engine (SE).
Nah menurut Tommy Salim, pembalap 76Rider Super Moto (SM) Squad asal Surabaya, kedua tipe motor ini jelas memiliki karakter yang berbeda. “Spesifikasi motornya pun jelas beda jauh, karena yang satu sebenarnya adalah motor untuk pemakaian jalan raya, dan yang satu lagi memang didesain untuk balap,” tukas kakak dari Gerry Salim ini.
Untuk itu, menurut Tommy, butuh keterampilan dalam banyak hal, terutama pengereman untuk motor SE ini. “Sangat penting sekali untuk diperhatikan, karena sebenarnya motor SE ini kurang cocok dipakai di sirkuit non permanen yang pendek-pendek treknya,” kata Tommy.
Apalagi untuk motor SE dengan kapasitas mesin 450cc. “Power-nya besar sekali, sementara treknya pendek-pendek. Jelas rem dipaksa kerja keras untuk menghentikan laju dan tenaganya yang besar. Itu kenapa banyak kejadian master rem atas maupun bawah nyeplos,” tunjuk Tommy.
Untuk itu Tommy butuh cara pengereman yang tepat untuk motor SE yang tidak bisa disamakan dengan motor trail. Belum lagi dimensi motor SE yang jauh lebih panjang, dan lebih tinggi.
“Ambil contoh ketika menentukan braking point atau titik pengereman. Kalau naik motor trail, saya berani tentukan braking point yang dekat dengan corner entry (titik masuk tikungan). Atau istilahnya lebih maju lah. Tapi kalau pakai motor SE, braking point saya enggak berani terlalu dekat sama corner entry,” kata Tommy. “Biar nggak bablas.”
Untuk menetapkan braking point ini, Tommy mengandalkan feeling dan menandai titik-titik tertentu yang akan dipakainya sebagai braking point.
“Saya tetapkan dulu satu braking point yang saya tandai dengan melihat posisi obyek di sekitar situ. Misal papan reklame tertentu. Nah setelah beberapa putaran, saya coba majukan braking point ini. Begitu seterusnya sampai titik paling dekat dengan braking point,” yang melakukan hal ini saat latihan bebas sebelum balap.
Makin crucial ketika wet race atau turun hujan ketika balap. Kemungkinan sliding jelas tinggi. “Pengereman harus dilakukan smooth. Terutama pada rem belakang. Ketika turun gigi, sebisa mungkin memanfaatkan engine brake yang dibantu rem depan-belakang. Rem depan kita maksimalkan sesuai kebutuhan pengereman, sementara rem belakang sifatnya sebagai pengontrol atau mengimbangi saja menjaga roda belakang tidak sampai terkunci atau slide. Caranya dengan mengoperasikan rem belakang lebih smooth, dan menahannya beberapa saat lebih lama ketimbang rem depan, sampai rpm mesin turun,” jelentreh Tommy kepada 76Rider sambil berpesan bukaan gas harus juga dilakukan secara lembut ketika wet race.
Ada kalanya Tommy juga memanfaatkan keterampilan sliding untuk membantu menurunkan kecepatan motor SE 450cc, ketika dilakukan pengereman.
“Paling penting harus diingat, adalah menjaga motor tetap pada racing linenya,” tutup Tommy yang pernah merajai Trial Game Asphalt 2019 lalu. (BM)