Bagaimana teknik cornering di supermoto yang benar? Apakah harus turun kaki atau leg-down seperti di motocross, ataukah knee-down atau turun dengkul seperti gaya pembalap road race?
Pertanyaan ini coba 76Rider tanyakan pada Doni Tata Pradita, pembalap Indonesia pertama yang mengikuti kejuaraan dunia Grand Prix 250 cc pada 2008.
Puncaknya, Doni membalap di kejuaraan dunia Moto2 bersama Federal Oil Gresini pada 2013, dan pindah ke Tech 3 pada 2016.
Nah sepanjang karier balapnya bersama Yamaha Indonesia, baik di GP250 dan Moto2, Doni pernah beberapa kali berlatih supermoto bersama Valentino Rossi, pembalap legendaris MotoGP di sekolah balapnya, The Ranch di Italia.
“Dulu awalnya ketika pertama kali balapan supermoto tahun 2017 di Stadion Manahan Solo, saya pakai gaya leg-down atau turun kaki seperti di motocross,” tutur Doni kepada 76Rider.
Ternyata, setelah beberapa kali mencoba, Doni merasa lebih nyaman melibas cornering dengan turun dengkul atau knee-down seperti layaknya ketika balapan di road race.
“Lebih cepat masuk-keluar tikungan,” tukas Doni
Dari sini setelah mengamati, Doni mengambil kesimpulan, pakai leg-down atau knee-down ditentukan oleh trek.
“Untuk tikungan dengan trek tanah, gaya leg-down motocross lebih cepat. Tapi kalau untuk tikungan dengan trek aspal, pakai knee-down lebih cepat masuk-keluar tikungan,” tutur Doni.
Lebih lanjut Doni mengatakan, teknik sliding supermoto saat ini banyak terbantu dengan dipakainya teknologi slipper clutch, yang memungkinkan perpindahan gigi transmisi lebih halus dan cepat, tanpa ada banyak penurunan rpm atau putaran mesin.
“Dengan slipper clutch, nge-slide masuk tikungan lebih enak dan gampang karena rpm mesin bisa terjaga tetap tinggi, dan roda belakang engga ngunci karena minim engine brake,” jelasnya.
Lebih lanjut Doni menuturkan, teknologi slipper clutch yang lebih dulu populer di WSBK dan Moto2 ini baru dipakai di supermoto tahun 2018.
“Waktu itu, motor-motor supermoto 450cc bikinan Husqvarna, KTM, dan TM sudah dilengkapi slipper clutch, sementara Honda dan Yamaha yang waktu itu masih pakai motor berbasis motocross masih belum slipper clutch. Jadi harus dimodif sendiri,” jelasnya.
Doni sendiri pada awal kariernya di kejuaraan supermoto tahun 2016, masih menggunakan Yamaha YZ.
“Waktu itu kejuaraan masih belum sekompetitif seperti sekarang karena belum terlalu populer. Jadi saat itu masih aman biar enggak pake slipper clutch. Tapi kalau sekarang, enggak pake slipper clutch pasti ketinggalan. Sudah maju teknologinya,” tutur Doni yang mulai menggunakan slipper clutch tahun 2021, ketika mulai menggunakan Husqvarna.
Lantas, apa yang dipelajari Doni saat dulu latihan supermoto bareng Valentino Rossi di VR46 Ranch?
“The Ranch dilengkapi flat track (trek tanah datar) yang ideal untuk latihan nge-slide dan controlling,” kata Doni.
Ia melanjutkan, untuk nge-slide, biasanya terlebih dahulu memajukan titik pengereman jelang tikungan.
“Setelah itu, kita mainkan rem belakang sedikit sambil terus kita kontrol, dan secara bersamaan kita mainkan gas supaya rpm terjaga tinggi di 8000-9000 rpm.
“Ketika roda belakang ’tergelincir’ ke samping (nge-slide), selanjutnya yang dilakukan adalah menjaga keseimbangan dengan traksi roda depan sebagai counter steering,” ungkap Doni.
Dengan demikian masuk-keluar tikungan bisa lebih cepat.
“Ya, karena tikungan bisa kita libas dengan rolling… enggak patah,” pungkas rider kelahiran 21 Januari 1991 ini. ***