Suspensi memiliki peran penting menopang beban kendaraan sekaligus meredam getaran atau kejutan, sehingga pengendara tetap nyaman dan aman. Saking pentingnya, dalam kejuaraan balap profesional, teknisi atau spesialis suspensi biasanya mendampingi tim balap yang disupportnya, untuk mengumpulkan data, sekaligus mendengar masukan atau keluhan pembalap terkait performanya.
Tentu beruntung sekali Gerry Salim, karena mendapat support dari JC Suspension.
“Biasanya suspensi yang Gerry pakai meliputi suspensi depan (fork upside down) dan suspensi belakang (monoshock) secara berkala dikirim untuk dicek atau dikontrol. Kemudian kalau mau balap, mereka terima permintaan setting suspensi yang Gerry inginkan, misalnya mau dibikin lebih pendek atau tinggi, ubah posisi, dan lain-lain,” terang pembalap profesional road race yang telah banyak berkiprah di kejuaraan internasional, dan juga tergabung dalam 76Rider Supermoto Squad.
Terkait upaya menjaga suspensi agar lebih awet, Gerry mengatakan, pengecekan kondisi secara berkala penting dilakukan. Terutama pengecekan pelumas pada suspensi, dan paling penting karet seal yang gampang bocor.
“Sejauh ini untuk suspensi supermoto yang Gerry pakai cukup awet, mungkin kalau untuk motocross pemeriksaan harus lebih intensif terutama oli, per, dan paling rawan karet seal nya gampang bocor. Sebab di motocross lebih banyak hentakan, debu, gesekan sehingga gampang aus,” kata Gerry.
Hal ini dibenarkan Agha Riansyah, crosser nasional kelahiran Pasuruan, 8 Mei 1992 yang mengawali karier sebagai pembalap motocross sejak tahun 2008, dan kini tergabung dalam 76Rider MX Squad.
“Paling rawan itu seal pada fork depan, yang berfungsi menahan debu dan kotoran agar tidak masuk. Karena itu, di bagian ini banyak ditemukan debu dan kotoran yang menumpuk. Kalau enggak dibersihkan, debu dan kotoran yang nyangkut di seal ini justru bisa bikin baret dan bocor,” terang Agha.
Untuk itu, setiap habis dipakai, baik suspensi depan dan belakang ini harus dicuci dan disemprot air. “Selain itu, penggantian oli atau pelumas harus dilakukan secara rutin. Pengalaman saya, setiap 30 jam pemakaian rata-rata,” tutup Agha. (BM)