Bagaimana jika bertanya ke Mohammad Abdul Hakim atau yang lebih akrab disapa Jambol, tentang sepeda impian, sepeda apa yang mau dibeli? Jambol pun langsung menjawab, “Pengin beli E-Bike!”

Jujur saja, jawaban atlet nasional downhill yang tergabung dalam 76Rider DH Squad di luar dugaan 76Rider. Jambol tampak antusias ketika ditanya alasannya memilih sepeda listrik.

“Jadi enaknya punya E-Bike itu kalau saya, kita enggak susah-susah lagi kalau latihan downhill. Enggak perlu loading, masukkan sepeda ke mobil, terus jalan ke lokasi start yang pastinya menanjak,” kata Jambol.

Lanjut Jambol, dengan E-Bike, dia bisa langsung gowes naik ke atas, ke tempat start. 

“Karena ada mesinnya, jadi gowes dari bawah ke atas terasa ringan,” jelas Jambol. 

Lebih jauh Jambol menjelaskan E-Bike seperti yang pernah dicobanya beberapa waktu lalu di Jogja. 

“Dari situ saya tahu, kalau E-Bike ini punya tiga setelan pengaturan kecepatan,” kata Jambol.

Setelan pertama, menurut Jambol mirip seperti eco riding. Jadi memang laju sepeda tidak terlalu kencang, tapi awet terhadap baterai. 

“Kemudian setelan kedua itu semacam normal riding lah. Enggak terlalu kencang juga enggak terlalu pelan, terus pemakaian baterai ya normal,” beber Jambol. 

Baru untuk setelan ketiga, bisa dibilang speed riding. 

“Lajunya kencang dan kuat, tapi boros di baterai. Contoh pemakaiannya ya seperti misal di jalur tanjakan gitu. Kita tetap pedaling, tapi terasa ringan karena dibantu dengan motor pada E-Bike itu,” sergah Jambol.

Menurut Jambol, sekarang hampir tiap merek sepeda sudah memasarkan E-Bike, dan ada berbagai tipe, mulai urban bike hingga mountain bike. 

“Contohnya kalau Polygon mereka punya MT Bromo E-Bike,” tutur Jambol sambil menyebut kisaran harga Rp 60 - 80 Juta.

“Kalau enggak salah ada dua tipe. Harga itu tergantung tipe,” tutup Jambol.