Agha Riansyah adalah satu dari sekian banyak pembalap motocross yang menyukai adventure atau trabasan sebagai pengisi waktu luang atau bahkan hobi. Mulai mengenal adventure tahun 2012, Agha mengaku karena awalnya ingin tahu lebih soal balap enduro yang mulai banyak dibicarakan saat itu. Terutama ketika ada kompetisi Enduro Race digelar di Batu, Malang tahun 2011.
“Dari situ saya mulai mengeksplor balap enduro, dan mulai mengenal adventure yang sekarang lebih dikenal dengan istilah trabasan,” buka crosser nasional yang tergabung dalam 76Rider MX Squad.
Seiring perjalanan waktu, Agha akhirnya merasa lebih enjoy mengisi waktu luang dengan adventure. “Karena memang dari segi trek, adventure jauh lebih santai ketimbang enduro, yang butuh skill dan ketahanan fisik,” senyum Agha.
“Sebab setiap destinasi yang kita pilih, pasti punya jalur dengan ciri khas tantangan masing-masing. Jadi ada surprise-nya juga,” senyum Agha.
Dari situlah, ketika pas tidak ada kompetisi, Agha iseng-iseng mbolang sendiri menggunakan motor yang didesain khusus untuk adventure.
“Saya pakai motor khusus untuk enduro, yaitu KTM EXC 350 tahun 2011, atau kadang Honda CRF 150. Yang jelas bukan motor yang saya pakai kompetisi, karena beda antara motor untuk motocross yang punya tenaga terlalu liar, tapi kalau dipakai untuk durasi yang lama akan kepanasan atau overheat karena enggak ada extra fan seperti motor untuk trabasan,” jelas Agha.
Awalnya sih seputaran Batu, Bromo, Pacitan, Tawangmangu, yang masing-masing punya tantangan sendiri-sendiri. Tapi lama kelamaan sampai juga hingga ke Boyolali dan Semarang.
“Paling asyik tuh waktu adventure ke Hutan Hambalang, Jawa Barat sekitar tahun 2014 kalau enggak salah. Butuh waktu sampai 3 hari,” kisah Agha yang waktu itu start dari Sentul dan finish di Banten.
“Dari pengalaman itu, saya baru benar-benar merasakan asyiknya adventure,” tutup Agha. (BM)