Dalam ilmu desain, kita mengenal ungkapan design follows function, atau jika diterjemahkan maknanya kurang lebih segala sesuatu didesain sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.
Sama halnya jika berbicara tentang desain helm motocross yang beda dengan helm-helm full face lain yang dipakai di kejuaraan road race, misalnya.
“Ciri helm motocross itu paling jelas perbedaannya jika dibandingkan dengan helm lain ada pada moncongnya,” buka Agha Riansyah, crosser nasional yang tergabung dalam 76Rider MX Squad.
Nah, jika mengacu pada prinsip tadi, tentu desain helm dengan moncong ini ada peruntukannya. “Pertama, helm ini didesain untuk bisa melindungi kepala dari benturan dan meminimalisir efek yang ditimbulkannya,” tutur Agha.
Nah itu pun disesuaikan dengan karakter balap motocross yang digelar di trek tanah atau off-road dengan segala tantangannya seperti pasir dan debu, atau lumpur, juga obstacle yang dihadapi, seperti jumpingan, dan lain sebagainya yang memang rawan benturan pada muka.
“Karena itu, helm motocross butuh moncong (nose protector) yang fungsinya selain untuk melindungi bagian hidung dan mulut, juga punya ruang sirkulasi udara untuk bernafas lebih leluasa dibanding helm untuk road race,” jelas Agha sambil menambahkan, pembalap motocross butuh ritme pernafasan lebih cepat dalam satu detiknya dibanding balap yang lain.
Sebagai info, helm motocross juga dilengkapi dengan dust filter atau penyaring debu pada moncong atau nose protector.
Bisa dibayangkan jika bagian dekat mulut tidak ditambahkan moncong, seperti pada helm untuk road race yang ‘lawannya’ cuma angin.
Perbedaan lain ada pada kaca pelindung. Helm motocross tidak punya visor, tapi menggunakan goggle.
“Nah kenapa pakai model goggle itu tujuannya karena supaya lebih rapat sehingga resiko kemasukan debu atau lumpur bisa diminimalisir,” tunjuk Agha.
Lanjut soal perkembangan helm motocross saat ini, Agha mengatakan setiap brand pasti inovasi masing-masing. “Menurut saya meskipun bentuk dan desainnya tidak banyak berubah, tapi bahan dasar pembuatannya pasti terus dikembangkan agar helm bisa seringan mungkin, tapi tetap bisa meredam benturan semaksimal mungkin,” tukas Agha sambil menyebut bahan karbon yang punya kemampuan ini.
Selain itu, sekarang ini bagian-bagian helm seperti peak atau lebih banyak dikenal dengan sebutan pet banyak yang sudah memakai sistem magnet, tidak lagi baut.
“Ya itu tadi, didesain untuk seandainya terjadi benturan akan mudah terlepas dan tidak mencederai bagian kepala pembalap,” tutup Agha sambil menyebut harga helm motocross sangat bervariasi.
Dari yang mulai harga Rp500 – 700 ribu untuk produk lokal, hingga impor yang di atas 2 jutaan, hingga yang punya standar premium di kisaran Rp13 juta ke atas. (BM)