Kenapa Pembalap Motocross Jumping?

Kenapa Pembalap Motocross Jumping?

Home » Stories » Kenapa Pembalap Motocross Jumping?
Boyo Maladi | 18 June 2021

Pernah suatu ketika, saat meliput jalannya balap Trial Game Dirt beberapa tahun lalu, redaksi 76Rider mendengar pembicaraan antara dua orang penonton.

Yang satu bertanya, “Kenapa ya pembalap kok lebih suka jumping ketimbang melewati jumpingan itu dengan biasa-biasa aja. Kan lebih aman, enggak terjatuh?”

Penonton yang satunya lagi menjawab, “Ya biar gaya… Disorakin penonton…”

Kebetulan pada saat yang hampir bersamaan, M. Zulmi, crosser berjuluk The Crazy Boy baru saja melakukan aksi freestyle saat melayang di udara, dan disambut sorak sorai penonton.

Penonton itu pun merasa benar dengan jawabannya, sementara penonton satunya hanya mengangguk seolah ikut membenarkan.

Pertanyaan semacam ini memang terdengar konyol, tapi juga ada benarnya. Coba perhatikan ketika crosser dihadapkan pada obstacle atau rintangan triple jump berupa tiga deretan gundukan yang berdekatan.

Ada yang melewatinya dengan langsung dilibas sekaligus, tapi ada juga yang melewatinya biasa aja satu per satu. Mana yang benar? Pertanyaan ini ditanyakan oleh redaksi 76Rider kepada M. Zulmi, crosser nasional jawara Motocross Powertrack National Championship 2019, dan Kejurprov Jatim 2019 yang sekarang ini bernaung di bawah bendera 76Rider MX Squad.

Menurut Zulmi, cara crosser mengeksekusi rintangan itu berbeda-beda, tergantung dengan taktik atau strategi balapnya ketika menghadapi trek balap, lengkap dengan obstacle-nya.

“Yang perlu diingat, di motocross dan supercross itu ada beragam obstacle berupa jumpingan, semisal table top, camel, double jump, single jump, triple jump, bar to bar, superbowl, dan lain-lain. Rintangan ini sengaja didesain untuk ditaklukkan pembalap, sambil berpacu untuk berada di posisi terdepan, atau membuat catatan waktu tercepat kalau di Trial Game Dirt,” buka Zulmi.

Lebih lanjut Zulmi mengatakan, untuk melewati rintangan berupa jumpingan, idealnya memang harus dilakukan dengan teknik jumping, karena lebih cepat.

“Soal resiko terjatuh atau terjungkal saat mendarat, itu hanya terjadi kalau ada kesalahan saat melakukan teknik jumping saja. Tapi rata-rata pembalap sudah menguasai, kecuali jika timbul persoalan tertentu,” lanjut Zulmi.

“Jadi ini bukan soal gaya-gayaan. Memang ada kalanya seorang crosser melakukan sedikit atraksi saat jumping. Tapi ini dilakukan sekedar untuk hiburan atau bisa juga perayaan karena sudah merasa menang,” terang Zulmi.

Tapi ada kalanya, pembalap memutuskan untuk melewati sebuah jumpingan dengan biasa-biasa saja tanpa banyak gaya.

“Biasanya keputusan ini diambil kalau tidak ada cukup ancang-ancang, misal tikungan terlalu dekat dengan rintangan seperti triple jump (tiga gundukan berjajar berdekatan). Karena enggak ada cukup jarak untuk ancang-ancang melakukan jumping, maka terpaksa harus dilewati biasa-biasa aja,” papar Zulmi.

Untuk itu, saat latihan, crosser berupaya mempertajam skill bagaimana caranya dengan ancang-ancang singkat, bisa melakukan teknik jumping yang tinggi dan jauh.

“Ini juga terkait motor yang bisa akselerasi 40 - 50 km/jam dalam waktu singkat sehingga cukup untuk jumping,” tutup Zulmi. (BM)



MORE STORIES