Bagi Rio Akbar si atlet BMX Race berprestasi yang tergabung dalam 76Rider BMX Squad, BMX ASIAN Championship 2018 adalah kejuaraan paling berkesan baginya.
Pasalnya keberhasilan merebut juara pertama kelas Men Elite di event yang digelar di Chainat,Thailand kala itu menjadi yang perdana bagi atlet BMX Race Indonesia.
“Iya, itu yang dibilang orang pada saya waktu itu. Katanya sejak ada BMX Race di Indonesia, baru kali pertama inilah ada atlet Indonesia yang bisa juara Asia. Jadi waktu itu saya dibilang membuat sejarah baru,” tutur Rio bangga.
Lanjut Rio, dia semakin heran karena sejak babak penyisihan, Moto 1 sampai Moto 3 hingga babak final selalu berada di urutan pertama.
“Ya makin enggak nyangka karena di babak final waktu itu, saya sempat tertinggal di jalur pertama karena telat start. Karena jalur saya tertutup pemain di depan, akhirnya di belokan pertama saya maksa lewat bawah, sementara yang lain lewat atas. Dari posisi 8 atau paling buncit sebelum berem, saya langsung bisa menyusul ke posisi 5 dan begitu lepas berem langsung nyodok ke posisi 1,” tutur Rio yang menggunakan trik cornering untuk memotong jalur lawan, tanpa melakukan pelanggaran.
“Sebab meski saat masuk tikungan, saya mengambil jalur bagian dalam, tapi ketika keluar saya tetap ada di jalur dalam,” kata Rio.
Akibatnya, lawan-lawan Rio kesulitan melakukan jumping di pro section dan dipaksa sprint sebelum take off. Bagi Rio, kemenangan di BMX ASIAN Championship 2018 Thailand bukan sekedar prestasi terbaik namun juga menjadi kemenangan yang berkesan bagi dirinya.
Selain itu, Rio juga mencatat prestasi berkesan ketika memperkuat tim Pekan Olahraga Nasional (PON) di Ciamis, 2016 lalu. Berstatus pembalap tuan rumah, Rio yang turun di kelas Men Elite ditarget medali emas.
“Saya waktu itu bener-bener under pressure dibanding ketika ikut SEA Games atau kejurnas. Akhirnya saya bilang ke pengurus pusat, saya sanggup merebut medali emas asal trek diubah menjadi ekstrem,” kata Rio.
Rio meminta double jump yang tadinya berjarak 5 - 6 meter dari jump satu ke jump dua, diubah menjadi sekitar berjarak 10 – 11 meter. Untuk melewatinya, seorang pembalap harus sanggup jumping dan landing sejauh 12 meter! Selain itu, obstacle lain juga dibikin ekstrem.
Setelah trek selesai dibangun sekitar 2 minggu sebelum balap, Rio pun berkesempatan untuk melompati double jump tersebut. Namun Rio gagal melompati double jump dan sepedanya hancur, namun dia selamat dari kecelakaan dan tidak mengalami cedera.
“Karena gak ada sepeda lagi, Rio pun cari sepeda apa aja asal bisa dipakai balap. Syukurlah dikasih sepeda baru, tapi beda ukuran dan geometri. Size sama tapi sudut geometri atau bentuk sepeda beda. Jadi saya agak nggak terbiasa,” kenang Rio.
Setelah berulang kali mencoba, Rio berhasil melewati rintangan double jump. Tepatnya pada 7 hari sebelum pertandingan. Saat balapan dimulai, Rio mendapat urutan pertama dari QTT, sesi Time Trial (TT), Moto 1 – Moto 3 hingga babak final. Akhirnya Rio berhasil mempersembahkan medali emas yang pertama kali untuk kontingen BMX Jabar di ajang PON 2016. (BM)