BMX Freestyle kini sudah diterima, terbukti dengan dimasukkannya extreme sport ini ke dalam Fornas atau Federasi Olahraga Nasional yang menaungi bidang olahraga dan rekerasi.
Bahkan BMX Freestyle sudah mulai dipertandingkan sebagai cabang olahraga di Olimpiade Tokyo lalu.
Meskipun demikian, menurut Dipta, salah satu member komunitas Malang BMX, fasilitas dan sarana prasarana untuk BMX Freestyle masing belum cukup memadai.
Bahkan di kota Malang sendiri, fasilitas latihan BMX Freestyle masih “meminjam” dari skateboard.
“Di Malang memang ada sekitar 4 atau 5 extreme park (tempat latihan extreme sports) seperti di Taman Rejosari, alun-alun Kota Malang, atau yang di indoor seperti di Apocalypse. Tapi rata-rata diperuntukkan skateboard. Belum ada yang benar-benar dibuat atau bahkan didesain khusus untuk BMX Freestyle,” terang Dipta yang sekaligus adalah pemilik brand clothing Radtitude.
Acung jempol buat para komunitas BMX Freestyle, khususnya di Malang yang tetap giat berlatih di tengah keterbatasan ini.
Saat ditanya, bagaimana komunitas BMX Freestyle di Malang menghadapi tantangan terutama saat mengulik hard trick? Apakah ada sekolah, akademi atau training khusus atlet BMX Freestyle?
Dipta pun menjawab, semua dilakukan secara mandiri, atau otodidak bagi pemula.
“Di Malang belum ada sekolah atau tempat latihan khusus BMX Freestyle. Kalau sekolah untuk BMX Cross ada di Velodrome,” info Dipta.
Ia melanjutkan, yang dilakukan selama ini ya mengulik trik-trik dasar hingga hard trick lewat medsos seperti Youtube atau Instagram, lantas saling sharing mengembangkannya bareng-bareng saat kumpul-kumpul dan latihan bersama di tempat seadanya.
“Juga pas ada event, atau pas ada teman-teman freestyler yang pro liburan ke sini, biasanya kita cari kesempatan untuk share ilmu, atau kadang kita yang nemuin mereka di Bali atau Jakarta,” pungkas Dipta.