Kegiatan fun adventure atau disebut juga trabasan, banyak dilakukan komunitas maupun pecinta motor untuk mengisi waktu luang. Termasuk juga Agha Riansyah, crosser yang tergabung dalam 76Rider MX Squad, dan dikenal memilki multi talenta.
Ya selain dikenal sebagai crosser sekaligus freestyler dengan aksi akrobatiknya yang memukau, Agha juga punya bakat dalam hal desain grafis, dan paling anyar, kini sedang menekuni hobi sebagai seorang MotoVlogger.
Hobi membuat konten video kegiatan bermotor ini dilakukan Agha ketika trabasan, maupun aktivitas riding lainnya. Jadi nggak salah nih kalau 76Rider minta tips Motovlogging dari pria kelahiran Pasuruan, 08 Mei 1992 ini.
“Pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan propertinya terlebih dahulu,” buka Agha. Paling penting adalah action camera atau action cam untuk mengambil gambar, dan microphone atau mic model clip on untuk merekam suara, tanpa terganggu suara angin dan deru mesin motor.
“Untuk action cam, pilih yang sudah ada image stabilizer-nya, sehingga gambar tidak goyang atau shake. Ini penting karena pengambilan gambar dilakukan saat riding,” kata Agha yang menggunakan kamera Go Pro Hero 9.
Menurutnya, dengan harga Rp 7,5 juta action camera ini punya kelebihan kualitas mic yang sudah bagus sehingga nggak perlu clip on lagi, dan menggunakan image stabilizer yang dianggap paling bagus saat ini di kalangan pemakai action camera.
Nah setelah beres dengan properti, berikutnya adalah peletakan kamera yang benar. Agha menyarankan memasang atau menempelkan kamera di moncong helm full face.
“Tujuannya adalah supaya bisa lebih leluasa merekam view kurang lebih sejajar dengan mata kita. Jadi apa yang kita lihat bisa terekam dengan baik. Selain itu, karena terpasang pada moncong helm, yang juga artinya dekat dengan mulut, maka kualitas rekaman suara akan lebih maksimal,” tutur Agha.
Posisi kamera berikutnya adalah di dada, dan ini bisa dilakukan dengan bantuan chest harness. “Kelebihan view yang didapat dengan posisi kamera di dada seperti ini, view yang memperlihatkan bagian di sekitar setang motor lebih terlihat,” jelas Agha, sambil menambahkan dengan beberapa view kamera seperti ini diharapkan angle pengambilan gambar bisa variatif dan tidak monoton.
Pada kesempatan ini Agha juga mengatakan menempatkan kamera di atas helm bisa saja dilakukan. “Yang penting diingat, hindari ranting pohon, karena sering kejadian action cam hilang karena kecantol ranting tersebut,” senyum Agha.
Sementara soal editing gambar, Agha mengatakan ini soal selera dan penguasaan program editing yang digunakan. Karena itu bisa dilakukan sendiri atau meminta orang lain yang mengerjakan.
“Paling penting, jangan terlalu memaksa mengambil view di luar kemampuan kita, karena berambisi mengejar jumlah viewer. Justru bisa lebih bahaya,” wanti Agha.
Untuk mengejar viewer ini, bisa dilakukan dengan tema-tema yang bermanfaat, inspiratif, dan mengandung unsur edukasi, sehingga konten diminati orang.
“Sebaiknya jumlah viewer ini jangan dijadikan patokan, karena kalau gagal mendapat viewer yang diharapkan justru akan kecewa dan mematikan kreativitas. Sebaiknya fokus untuk berkarya dan menikmati prosesnya saja,” tutup Agha yang mengaku viewer video yang dibuatnya juga nggak banyak-banyak amat.
Viewer channel 89 Captain miliknya yang memiliki konten seputar motocross, adventure, dan ambience berikut tips dan edukasi terkait, kurang lebih memiliki 5 ribuan viewer. Tapi sekali lagi, bagi Agha yang penting adalah berkarya.
“Karena saya yakin dengan tekat seperti itu, lambat laun jumlah viewer akan bertambah banyak dengan sendirinya,” tutup Agha. (BM)