Ada anggapan yang muncul, etika berkendara seseorang kadang dipengaruhi karakter motor yang dinaikinya. Paling tampak adalah ketika mengendarai moge. Dengan tenaga mesinnya yang powerful, serta suara knalpot menggelegar, si pengendara tadi jadi terpancing untuk memainkan gas atau bleyer-bleyer.
Kalau sudah begini, berikutnya muncul keinginan untuk mengetahui performanya di jalanan. Alhasil sering kali terlihat di pengendara moge tampak kebut-kebutan di jalan.
Hal yang sama juga terjadi bagi pengendara supermoto, yang saat ini semakin banyak peminatnya. Karena tongkrongan yang macho, beberapa kali terlihat pengendara supermoto meliak-liuk dengan kecepatan tinggi, saat mereka berkendara di dalam kota atau touring ke luar kota.
Hal ini coba 76Rider tanyakan pada Tommy Salim, jawara Asia Cup of Road Racing Championship 2011, yang juga menjadi juara umum kelas Trail 175 Open Trial Game Asphalt, di mana dia mendapat julukan sebagai Raja Supermoto.
“Memang saya kenal beberapa komunitas supermoto. Malah beberapa diantara mereka adalah teman baik saya,” buka Tommy Salim yang saat ini tergabung dalam 76Rider Supermoto Squad.
Namun demikian, Tommy mengaku belum pernah mengikuti salah satu kegiatan touring mereka.
“Jadi saya kurang tahu, bagaimana perilaku mereka di jalanan saat touring,” tutur Tommy.
Tapi menurut Tommy memang benar, kadang pengendara motor yang emosinya masih labil, seringkali terbawa oleh karakter motornya.
“Jadi sangat mungkin karena motor supermoto ini tinggi performanya dan galak, si pengendara tadi jadi kebawa dan tanpa sadar melakukan manuver zig-zag di jalanan. Lupa dengan safety riding dan keselamatan berkendara di jalan,” ujarnya.
“Apalagi kalau motornya masih baru. Entah baru upgrade performa, ganti knalpot, atau malah baru keluar dari dealer. Setiap orang pasti penasaran, seperti apa ya naikannya…” kata Tommy yang mengaku pernah mengalami hal seperti itu.
“Ya waktu Tommy dapat motor baru, KTM SXF 250 tahun 2020. Pasti lah penasaran, apa sih bedanya dengan model lama tahun sebelumnya,” lanjut Tommy.
Namun karena mentalnya sebagai pembalap profesional telah terbentuk kuat, Tommy tidak serta merta menjajal motornya di jalanan.
“Waktu itu saya putuskan coba di sirkuit Gelora Bung Tomo. Percuma lah kalau dicoba di jalan enggak bakalan maksimal ketahuan performanya. Mending di sirkuit aja,” tutur Tommy.
Namun diakui oleh Tommy, tidak mudah untuk mendapat semacam fasilitas tersebut. Apalagi di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang.
“Alternatif terbaik sih menurut Tommy, gabung dengan komunitas aja. Dari sini, bisa diusulkan ke masing-masing komunitas untuk ikut kejuaraan Supermoto. Banyak kok dibuka kelas untuk komunitas,” tutur Tommy sambil mengabarkan bahwa tanggal 26 - 27 Juni 2021 mendatang ada kejuaraan supermoto di Tasikmalaya.
Nah, kalau program komunitas sudah terwadahi, Tommy yakin keinginan ngebut naik supermoto di jalanan akan hilang atau terbatasi dengan sendirinya.
“Kalau pas enggak ada agenda balap, ya pintar-pintarnya komunitas ini bikin program riding yang aman. Misal cari lahan kosong yang aman buat latihan bareng. Atau touring silakan saja, asal itu tadi, tidak membahayakan masyarakat pemakai jalan dan tidak arogan,” tutup Tommy.