Tommy Salim, pembalap Surabaya yang tergabung dalam 76Rider SM Squad berhasil merajai Trial Game Asphalt 2019 lalu dengan menjadi juara overall kelas Trail 175 Open, dan runner up FFA 250. Sebelumnya, Tommy juga tercatat sebagai runer up FFA 250 open Trial Game Asphalt 2018.
Menurut pembalap kelahiran 25 Januari 1995 ini, keberhasilan yang diraihnya juga turut didukung performa motor besutannya Honda CRF150L, yang digarap oleh Haris Sakti Prabowo, atau akrab disapa Mlethiz, tuner ternama asal Yogyakarta. Nah, kira-kira apa sih rahasia racikan motor besutan Tommy Salim ini?
“Supermoto bisa dibilang cabang olahraga balap motor yang masih baru di Indonesia. Saya sendiri, pakai Honda CRF150L yang secara kategori adalah kendaraan dual-sports. Maksudnya, motor jalan raya tapi juga untuk off-road,” buka Tommy.
Agar bisa digunakan balap di kejuaraan supermoto seperti di Trial Game Asphalt, jelas butuh banyak penyesuaian. “Apalagi di Trial Game Asphalt, saya bertanding di kelas 180 cc dan 250 cc. Sementara kapasitas mesin CRF150L adalah 150 cc. Jadi ya harus main bore up,” tutur Tommy yang pernah menempati urutan ke-4 ajang balap ketahanan dunia Suzuka World Endurance 4 Hours di Suzuka, Jepang 2018 lalu.
Lebih lanjut menurut Tommy, paling tidak ada 3 komponen vital yang jadi rahasia kehebatan motor pacuannya. Ini dia…
Baca Juga: Taklukkan Grogi, Ini Cara Tommy Salim Kuasai Pertandingan
ECU
Electronic Control Unit (ECU) adalah otak dari sistem yang mengontrol kerja mesin, kelistrikan, hingga fitur kendaraan. Ketika motor dialihkan fungsinya dari kendaraan harian menjadi motor balap, ECU bawaan motor ini harus dipensiunkan.
“ECU bawaan motor punya limiter atau pembatas putaran mesin yang rendah banget untuk ukuran motor balap,” kata Tommy.
Sebagai info, CRF150L memiliki torsi maksimal 12,43 Nm pada 6.500 rpm dan daya maksimal 12,91 PS pada 8.000 rpm.
Agar mesin bisa bekerja lebih tinggi lagi, Mlethiz mengganti ECU bawaan motor dengan merk Aracer buatan Thailand.
“Kalau ECU merek Aracer ini memang khusus motor trail dengan sistem injeksi, dan putaran mesin bisa dibuat lebih tinggi lagi hingga 13.500 rpm,” jelas Tommy sambil menambahkan dengan mesin yang memiliki nafas lebih panjang, motor jadi mumpuni diajak balap di sirkuit dengan layout trek panjang seperti di sirkuit Wijen, Semarang, atau di stadion Kanjuruhan Malang.
Baca Juga: Beda Settingan, Suspensi Favorit The Salim Brothers
Camshaft (Noken As)
Karena CRF150L besutan Tommy sudah mengalami pembengkakan kapasitas mesin dari 150cc menjadi 180 dan 250 cc, maka tentu saja kebutuhan pasokan bahan bakar dan udara harus ikut mengimbangi.
Untuk itu, camshaft atau noken as yang berfungsi mengatur durasi buka-tutup klep, dan menentukan jumlah pasokan bahan bakar dan udara yang masuk ke ruang bakar pada mesin, wajib menyesuaikan. Semakin tinggi putaran mesin, semakin cepat pula noken as berputar dan membuat klep membuka dan menutup sangat cepat dalam hitungan detik.
“Kami memakai noken as merek BRT untuk spek CRF untuk menyesuaikan setting mesin,” kata Tommy. “Syukurlah setelah pakai noken as punya BRT, tenaga lebih dapat, dan power ngisi terus.”
Gir Rasio (Gear Ratio)
Berikutnya adalah gir rasio atau perbandingan gigi pada sistem transmisi sepeda motor. Menurut Tommy gir rasio pada motornya dibikin oleh bengkel Mlethiz di Jogja, menyesuaikan riding style-nya.
“Saya lebih suka motor dengan tenaga yang kuat di putaran bawah, karena cocok untuk sirkuit patah-patah. Karena itu saya pilih perbandingan gir yang berat atau panjang-panjang . Sementara bawaan CRF150L itu sebaliknya, enteng atau pendek-pendek,” tukas Tommy. (BM)