Khoiful Mukhib adalah salah satu atlet downhill Indonesia yang telah makan garam di berbagai kejuaraan nasional dan internasional. Penyandang gelar Juara Nasional 2018, dan juga peraih medali emas Asian Games 2018, termasuk jawara overall Men Elite A Indonesian Downhill berturut-turut tiga tahun terakhir ini aktif mengikuti event tahunan kejuaraan downhill tingkat Asia 2015 – 2018 yang digelar di Thailand, Cina dan Filipina.
Bahkan Mukhib juga pernah mengikuti kejuaraan Downhill World Championship di Australia pada akhir 2017, dan juga kejuaraan Downhill Eropa yang digelar di Slovenia dan Cekoslovakia tahun 2019 lalu.
Dari sinilah, pria kelahiran Jepara, 15 Desember 1990 yang sekarang tergabung dalam 76Rider Downhill Squad ini punya gambaran, bagaimana kemampuan atlet muda indonesia di kejuaraan downhill internasional.
“Saya melihat, secara skill sebenarnya atlet muda Indonesia tidak kalah dengan luar negeri. Hanya saja, kita kalah pengalaman dan jam terbang, karena jarang keluar kandang,” tutur Mukhib.
Dicontohkannya, trek downhill di Eropa kebanyakan berupa medan alami. Beda dengan trek di Indonesia yang berupa perkebunan, atau buatan.
“Nah kelemahan kita ada pada trek ekstrem yang alami ini. Elevasi dan kecuraman kemiringannya, tingkat oksigen, dan sebagainya. Hal seperti ini sangat merepotkan ketika kita tidak terbiasa,” ungkap Mukhib.
Memang sih, jika bicara soal adaptasi lingkungan, atlet Eropa pun bakal kelelahan jika berkompetisi di negara iklim tropis seperti Indonesia yang sangat panas. Tapi menurut Mukhib, mereka punya kemampuan adaptasi lebih cepat.
Mukhib mencontohkan salah satu atlet downhill asal Ceko yang dikenalnya. “Dia rajin sekali datang mencoba trek di Indonesia. Mulai dari trek yang ada di Batu - Malang, Ternadi - Kudus, Lubuklinggau - Sumatera Selatan, atau Cikole - Bandung. Nah meskipun belum pernah menang, tapi minimal mereka ini selalu masuk 10 besar, dan bahkan sempat runner up. Beda dengan atlet kita yang hanya ada di peringkat bawah ketika berlaga di Eropa,” ulas Mukhib.
Usul punya selidik, ternyata menurut Mukhib, atlet Ceko ini memang senang wisata keliling dunia, sambil menjajal trek-trek ekstrem yang ada di sana.
“Dari sini saya berkesimpulan orang luar negeri, terutama Eropa lebih kaya pengalaman. Beda dengan atlet kita yang ikut kejuaraan internasional kalau ada sponsor saja,” kata Mukhib.
Selain itu, soal fisik, atlet Eropa juga diuntungkan dengan postur tubuhnya yang tinggi. “Dengan postur badan yang lebih tinggi, mereka diuntungkan dalam hal menjaga keseimbangan yang lebih bagus. Misalnya saja saat tergelincir. Dengan kaki yang panjang, mereka lebih mudah menjejak tanah sehingga lebih mudah mengontrol sepedanya,” lanjut Mukhib.
Namun demikian, Mukhib berpesan kepada atlet muda untuk tidak berkecil hati. “Secara kekuatan fisik maupun skill hampir sama kok. Yang penting, perbanyak latihan di medan ekstrem, terutama yang alami, dan sebisa mungkin perbanyak jam terbang ikut berbagai kompetisi di luar negeri,” tutup Mukhib. (BM)