Pengurus Besar Ikatan Sports Sepeda Indonesia (PB ISSI) senantiasa bekerjasama dengan pengurus regional dalam mencari bibit-bibit atlet sepeda berbakat.
“Biasanya, ISSI Regional akan membidik atlet berbakat di daerahnya, untuk kemudian dibina mengikuti kejuaraan di tingkat daerah, dan selanjutnya direkomendasikan ke pusat mengikuti kejurnas, apabila prestasinya bagus,” buka Mukhib yang tergabung dalam 76Rider Downhill Squad.
Mukhib menambahkan, untuk itu perlu dilakukan penjenjangan berdasarkan usia terlebih dahulu. Dimulai dari kelas Youth untuk usia 16 tahun ke bawah, lanjut naik ke jelas Junior (17 – 18 tahun ), baru kemudian naik ke kelas bergengsi Men Elite (19 tahun ke atas) atau Women Elite (18 tahun ke atas).
Dari sini kemudian mereka akan terus dipantau perkembangannya. “Mulai kedisiplinan dan konsistensi keikutsertaan dalam kejuaraan, hingga prestasi yang diraihnya, terutama tingkat nasional seperti Indonesian Downhill (IDH) yang dalam satu tahun digelar 4 - 5 seri,” kata Mukhib yang berkali-kali keluar sebagai juara umum pada musim 2012, 2013, 2014 dan 2016 di kejuaraan nasional Indonesian Downhill (IDH).
Nah dari keaktifan mengikuti kejuaraan nasional seperti Indonesian Downhill (IDH) ini peluang untuk berkarier ke tingkat selanjutnya akan terbuka lebar, bahkan ke tingkat internasional!
Sebab ada banyak kejuaraan tingkat lokal dan nasional yang masuk kalender resmi event UCI (Union Cycliste Internationale), sebagai induk olahraga bersepeda tingkat internasional. Di Indonesia, kejuaraan 76 Indonesian Downhill (76 IDH) masuk dalam kalender resmi UCI karena sudah memenuhi standar internasional yang ditetapkan organisasi ini.
“Jadi atlet yang berkompetisi di event yang telah berafiliasi dengan organisasi internasional ini akan mendapat poin UCI, yang meliputi kategori C1, C2 dan C3,” info Mukhib kepada 76Rider sambil menambahkan pengkategorian ini didasarkan pada tingkat kesulitan.
“Kategori C1 berlaku untuk trek yang memiliki tingkat kesulitan ekstrem, kemudian C2 untuk trek dengan tingkat kesulitan menengah, dan C3 untuk trek yang biasa,” kata Mukhib.
Nah, lebih lanjut menurut Mukhib, poin UCI ini dipakai untuk menentukan ranking dunia. “Setiap negara yang menggelar kejuaraan nasional downhill dan masuk dalam kalender UCI ini otomatis jadi bidikan atlet-atlet dari penjuru dunia untuk ikut berkompetisi. Ini sekaligus menjelaskan, kenapa di kejuaraan Indonesian Downhill ada atlet dari negara-negara asing. Mereka ini berkompetisi untuk mengumpulkan poin UCI dalam periode 1 tahun, untuk menentukan ranking dunia,” jelas Mukhib sambil menambahkan, termasuk juga kejuaraan seperti Asian Games, maupun SEA Games yang juga memiliki poin UCI.
Untuk itulah, Mukhib yang namanya sempat berada di ranking 45 dunia tahun 2017, dan mengantarnya ikut Kejuaraan Downhill Tingkat Dunia di Australia ini mengajak para atlet muda downhill di Indonesia untuk terus disiplin dan konsisten ikut kejuaraan dan meraih prestasi.
“Menurut saya ini adalah syarat utama untuk masuk ke dalam seleksi atlet nasional downhill dan peluang menuju tingkat internasional” ujar Mukhib sambil menutup pembicaraan dengan 76Rider. (BM)