“Menemukan Mukhib itu saya harus berburu sampai kejuaraan BMX di Jepara, begitu juga pebalap saya yang lain. Harus benar-benar jeli melihat mana yang potensial. Paling penting yang kita amati adalah attitude karena itu penting untuk seorang pebalap selain teknik dan fisik tentu saja,” ungkap Rudi.
Bagi Rudi, memilih pebalap bukan hanya melulu bicara kecepatan menunggang sepeda. Karakter rider secara seutuhnya menjadi pertimbangan untuk menentukan apakah sang atlet layak berseragam 76 Team nantinya.
“Kami belajar dari Mukhib, dulu kami melihat dia secara seutuhnya secara karakter tidak hanya cepat di sepeda. Ini yang sulit dan harus jeli, kita bicara karakter orang,” sambungnya tersenyum.
Mukhib sendiri saat ini masih menyandang juga gelar juara nasional 2018 yang didapatkan beberapa bulan lalu sebelum Asian Games. Perlu konsistensi lebih karena nyatanya akan lebih sulit mempertahankan ketimbang meraih pertama kali.
Tangan dingin Rudi memoles pebalap pun kini terus diuji setelah generasi selanjutnya macam Mohammad Abdul Hakim Jambol dan M Anzani mulai sedikit demi sedikit menanjaki karier di downhill. Jambol beberapa kali sudah menjuarai kelas Men Elite yang jadi kelas paling bergengsi sementara Anzani meski masih anak bawang namun juga bisa bersaing positif di kelas Men Youth.
Layak dinantikan tampaknya, seperti apa polesan tangan dingin Rudi Purnomo untuk 76 Team di fase selanjutnya. Apakah Jambol dan Anzani bisa melampaui prestasi Khoiful Mukhib, atau hanya menumpang lewat lalu hilang begitu saja? (IDH)