Sukses gelaran Bendungan Urban Downhill Competition 2022 pada 13 -14 Agustus 2022 lalu di Kampung Kintelan, Kelurahan Bendungan, Gajahmungkur, Semarang mendapat sorotan positif dari Khoiful Mukhib, atlet nasional downhill yang tergabung di dalam 76Rider DH Squad.
Mukhib yang kebetulan juga ikut berkompetisi, bahkan menyebut kompetisi Urban Downhill akan menjadi tren di kota-kota lain.
“Seingat saya, dulu tahun 2015-2016 pernah digelar kejuaraan 76 Indonesian Downhill (IDH) Urban di Kota Batu, Malang yang juga sukses karena dibanjiri peserta. Setelah itu, sempat beberapa kali digelar hingga kemudian vakum sebelum pandemi,” kenang Mukhib.
Salah satu hal yang membuat Mukhib yakin kejuaraan urban downhill akan menjadi tren adalah terkait dengan penyelenggaranya.
“Selama ini memang tak banyak penyelenggara extreme sports seperti urban downhill ini. Paling sering ya 76 Indonesian Downhill (IDH). Nah, yang menarik sekarang ini sudah ada penyelenggara lain yang berani bikin event urban downhill, seperti di Bendungan Urban Downhill Competition 2022 itu,” kata Mukhib.
Sebagai informasi, Bendungan Urban Downhill Competition 2022 digelar oleh Pemkot Semarang melalui Panitia Penyelenggara yang di bawah kendali Andreas Indiel, selaku penanggung jawab.
Nama Indiel sendiri sudah tak asing lagi dalam hal promotor balap motor dengan bendera Indiel Racing Organizer.
Kolaborasi seperti inilah menurut Mukhib yang membawa angin segar bagi extreme sport seperti urban downhill.
“Apalagi sekarang ini kan memang tren nya adalah tourism sports. Jadi apa yang dilakukan Pemkot Semarang dalam menggelar urban downhill ini terkait dalam upaya memajukan pariwisata,” kata Mukhib.
Sebagai informasi, Bendungan Urban Downhill Competition 2022 lalu bersifat terbuka dan bisa ditonton oleh masyarakat secara gratis. Kompetisi ini juga akan dimeriahkan dengan kegiatan UMKM.
“Karena lokasinya yang strategis, mudah dijangkau peserta dari Jawa Barat dan Jawa Timur maka wajar saja kalau pesertanya bukan hanya para penghobi olahraga bersepeda, tapi juga atlet downhill atau MTB yang cari selingan tidak melulu di medan off-road dan tanah, atau pegunungan,” senyum Mukhib.
Tak hanya menjaring peserta downhill saja. Dibukanya beberapa kelas untuk sepeda dengan spesifikasi minus suspensi belakang atau hardtail, menurut Mukhib juga merupakan langkah yang pintar.
“Sebab artinya, penyelenggara juga ingin merangkul penghobi atau atlet bersepeda dari disiplin lebih luas, termasuk peserta BMX. Sebab banyak pemain BMX yang main hardtail,” terang Mukhib.
Apalagi urban downhill ini tak hanya didominasi trek menurun saja. Tapi ada juga trek pedaling (lurus), dan bahkan menanjak.
“Jadi memang banyak peserta yang lebih memilih menggunakan sepeda tipe All Mountain, Enduro, hardtail dan lain-lain. Kalau mereka pakai sepeda downhill tentu akan sulit karena bobotnya yang berat karena didesain hanya untuk turunan saja,” kata Mukhib.
Dengan kata lain, Mukhib menekankan, urban downhill bakal diminati para pencinta sepeda, bukan hanya para pencinta downhill saja.
Ini salah satu faktor yang membuat urban downhill bakal menjadi tren kembali.