Ada ritual yang selalu dilakukan Khoiful Mukhib, atlet nasional downhill peraih medali emas Asian Games 2018, setiap sebelum latihan atau bertanding.
Bukan ritual bakar kemenyan, lho. Pria asal Jepara yang mengawali karier pada 2009 mengaku punya ritual mempersiapkan sepeda secara mandiri.
“Tujuannya memeriksa kesiapan sepeda biar enggak terjadi kesalahan,” jelas Mukhib.
Paling penting pada sesi latihan bebas jelang pertandingan.
“Kita harus benar-benar jeli melihat karakter tanah dan trek supaya bisa mempersiapkan sepeda, termasuk settingan yang tepat,” jelas Mukhib yang juga mengingatkan pentingnya walking track.
Nah dari karakter tanah dan trek yang digunakan ini, Mukhib biasanya menentukan tipe ban yang sesuai.
Hal ini dinilai penting karena ban sangat berpengaruh terhadap kecepatan serta pengendalian sepeda di trek yang akan dilewati.
“Termasuk pemilihan ban. Apakah ban kering atau basah,” lanjut Mukhib.
Misal untuk tanah berlumpur setelah hujan, ban basah dengan model kembangan tinggi yang sesuai.
“Kita juga harus tahu, kembangan lancip cocok untuk lumpur yang dalam. Karena ada juga kembangan model kotak untuk tanah gembur yang tidak terlalu dalam,” jelas Mukhib.
Kembangan ban yang lancip juga cocok untuk tanah merah ketika basah karena hujan.
“Model kembangan lancip cocok untuk karakter tanah seperti ini, yang jika terkena ban, tanah akan ambles agak dalam,” kata Mukhib.
Sementara itu, untuk ban kering dengan batikan agak pendek lebih cocok untuk tanah merah ketika kering atau tidak hujan.
“Tujuannya agar laju sepeda bisa tinggi karena ban yang tidak terlalu mencengkeram tanah,” imbuhnya.
Berikutnya Mukhib menjelaskan tentang ban intermediate atau juga dikenal dengan tengahan. Cirinya, kembangan tidak terlalu panjang atau pendek.
“Ban intermediate ini memiliki cengkeraman cukup kuat ketika dibuat cornering,” kata Mukhib.
Masih terkait dengan pemilihan ban yang tepat, Mukhib mengatakan ada dua jenis kompon, yaitu hard (keras) dan soft (lunak).
“Kompon hard dipakai bila kondisi kering tidak berdebu. Karakter ban batikan-nya lebih kaku tidak kenyal. Tapi awet dipakai,” kata Mukhib yang memberi tekanan udara 18-20 psi untuk trek normal, dan maksimal 22 psi.
Sementara kompon lunak lebih kenyal, tapi boros dipakai.
“Selain itu kompon lunak cocok untuk segala kondisi medan,” tukas Mukhib yang berikan tekanan udara lebih keras kira-kira 27-29 psi (depan), dan 30 psi (belakang)
Persiapan lain yang dilakukan Mukhib adalah setting suspensi.
“Kita lihat karakter treknya mulus atau kasar. Maksudnya kasar, trek bolong-bolong, jalur, atau ngerail karena sudah sering dipakai,” jelas Mukhib.
Nah untuk setting suspensi ini masing-masing mereka suspensi berbeda. Tergantung dengan berat badan rider.
Sebagai gambaran, untuk trek mulus, Mukhib menggunakan settingan lebih keras.
“Misal pada Ohlins, tekanan angin ada di kisaran 200 psi (fork depan-atas), dan 100 psi (fork depan-bawah).”
Nah kalau untuk trek kasar Mukhib kasih settingan lebih empuk, yakni 85 (fork depan-bawah), dan 200 psi (fork depan-atas).
“Kenapa, setting di fork depan-atas sama, karena ini menentukan berat badan pengendara. Sementara untuk fork depan-bawah hubungannya sama karakter trek,” jelas Mukhib yang punya berat badan kisaran 65 kg.
Tak kalah pentingnya, lakukan pelumasan pada stanchion fork dan rear shockbreaker.
“Gunakan pelumas khusus supaya tidak mudah baret,” pesan Mukhib.
Begitu juga untuk pelumasan rantai yang butuh cairan khusus lebih pekat dibanding cairan untuk stanchion fork.
“Ingat jangan pakai oli mesin motor ya, karena justru akan banyak kotoran yang menempel,” pungkas Mukhib.