Supensi sepeda memiliki beberapa fungsi penting. Pertama, meredam dan menahan getaran yang terjadi ketika roda berbenturan dengan permukaan tidak rata, seperti yang sering ditemui pada olahraga bersepeda gunung dan downhill, sehingga menjaga komponen sepeda tidak cepat rusak.
Selain itu, suspensi punya fungsi menjaga agar sepeda tidak kehilangan kendali, juga menjaga roda agar tetap memiliki traksi atau menggigit tanah.
Tak kalah pentingnya, suspensi juga berfungsi untuk kenyamanan rider, dalam hal meredam getaran agar pengendara tidak cidera atau cepat lelah.
Nah, agar suspensi ini bisa bekerja optimal, maka perlu dilakukan setting atau penyetelan. “Sebab setting suspensi ini bersifat personal. Maksudnya menyesuaikan banyak hal terkait rider. Mulai dari berat badan, karakter atau gaya balap rider, trek, hingga merek dan tipe suspensi yang digunakan,” buka Khoiful Mukhib, atlet nasional yang tergabung dalam 76Rider Downhill Squad.
Namun demikian Mukhib menjelaskan, bahwa bagi pemula hendaknya banyak melakukan konsultasi dengan mekanik spesialis suspensi, maupun dengan pihak penjual atau pembuatnya. “Sebab ada banyak sekali komponen pada suspensi, dan masing-masing merek punya rekomendasi ukuran yang berbeda,” terang Mukhib.
Paling tidak ada beberapa hal yang harus diketahui rider terkait setting suspensi ini.
Spring & Damper
Sistem suspensi sepeda dikontrol 2 komponen utama, yaitu spring, dan damper. Spring adalah per yang berfungsi menerima tekanan dari roda sepeda, supaya ban roda bisa bergerak naik dan turun ketika terkena benturan. Dengan adanya spring, tekanan atau getaran tidak sampai ke pengendara. Semakin kuat spring ditekan atau tertekan, maka semakin kuat juga energi yang akan dilepaskannya. Energi yang dilepaskan ini nantinya akan dikontrol oleh damper. Dengan kata lain, damper berfungsi menahan agar tekanan balik dari per tidak terpantul bolak-balik.
Bagian kiri dan kanan fork sepeda terdiri dari komponen yang berbeda. Biasanya damper ada di tangan fork sebelah kanan, dan spring ada di sebelah kiri.
Rebound
Setting untuk mengatur seberapa cepat spring akan kembali atau memanjang setelah tertekan. Knob rebound ini bisa terletak di atas atau bawah dari kaki fork sebelah kanan. Jika setting rebound diatur pada minimum, maka spring akan sangat cepat kembali ke posisi awal, dan jika terlalu cepat bisa membuat ban kehilangan traksi dengan permukaan. Jika diatur pada settingan maksimum, maka spring akan pelan untuk kembali, bisa mengurangi penyerapan getaran atau guncangan.
“Sesuaikan karakter balap dengan settingan rebound ini. Bagi rider yang punya karakter agresif, pakai rebound yang diatur minimum, sehingga mantulnya bisa lebih cepat. Dan sebaliknya, bagi karakter yang smooth, mantulnya dibikin lebih lambat,” kata Mukhib.
Compression
Settingan untuk seberapa cepat spring bergerak ketika ditekan. Settingan ini biasanya terdapat pada spring yang mahal. Tidak hanya untuk berekasi terhadap getaran dari permukaan, tetapi juga terhadap pengereman dan mendarat setelah jumping. Memutar searah jarum jam atau ke kanan, akan membuat kompresi yang lebih kuat atau kurang bereaksi terhadap tekanan.
“Sesuaikan setting compression dengan karakter rider. Untuk low compression (pakai 0) dan high compression (pakai 1 - 2 click),” kata Mukhib.
Pilih Per atau Udara?
Spring pada suspensi ada yang berupa coil atau per, dan ada juga yang berupa udara. Model coil atau per. Mau pilih yang mana, ini sesuai selera dan sekali lagi karakter.
Yang perlu diketahui, suspensi sepeda dengan per lebih responsif pada guncangan kecil sekalipun, lebih melindungi pada kecepatan rendah, dan area yang bergelombang sedikit.
Per suspensi sepeda juga tahan terhadap perubahan cuaca panas dan dingin, serta lebih gampang perawatannya.
Kekurangan per adalah, umurnya yang panjang akan mengubah tingkat elastisitasnya. Kadang juga lebih berat.
Sementara untuk spring dari udara, elastisistas kekuatannya tergantung dari jumlah udara yang berada di dalam chamber. Sifat suspensi udara yang responsif membuat suspensi sepeda kurang responsif pada tekanan yang kecil. Perlu tekanan yang lebih kuat, dibandingkan dengan per untuk suspensi udara bisa bekerja. Kecuali tekanan udara di dalam suspensi dibuat rendah, tetapi nantinya suspensi akan kurang responsif pada jalan offroad ekstrem.
Spring udara punya bobot ringan, dan sangat mudah untuk diadjust. Pengurangan dan penambahan udara dengan pompa dilakukan untuk mengatur kekuatan air spring. Spring ini bentuk dalamnya lebih kompleks, karena memerlukan ruang yang kedap, perlu dipasang banyak seal-seal, agar tidak terjadi kebocoran udara. Banyaknya seal membuat tahanan yang mengurangi respons pada guncangan kecil, dan lebih susah untuk perawatannya.
“Saya lebih memilih model per untuk suspensi belakang karena lebih awet, lebih nyaman, tapi agak berat karena bobot per-nya. Juga lebih mudah setting-nya karena tinggal dilakukan pemutaran pada adjuster-nya saja, supaya per tertekan bila ingin lebih keras, atau mengendor bila ingin lebih empuk,” jelas Mukhib.
Dan sekali lagi Mukhib mengingatkan, setting suspensi belakang dengan per ini terkait berat badan rider juga.
“Sebab terkait dengan ukuran per, tingkat kealotan per, serta kekerasannya. Misal untuk berat badan 65 kg sebaiknya pakai ukuran 388 (small). Tapi kalau berat badan di atas itu, bisa pakai ukuran 488 (medium), dan seterusnya,” tutur Mukhib.
Sesuaikan Rekomendasi Pabrikan
Setiap pabrikan suspensi punya rekomendasi tersendiri terkait tekanan udara pada fork depan. Mukhib mencontohkan fork depan merek Ohlins untuk sepeda downhill atau MTB double crown size 29 yang dipakainya untuk trek ekstrem.
“Kalau saya lihat, rekomendasi tekanan udara yang diberikan Ohlins untuk bobot rider seperti saya, yakni 60 - 70 kg adalah 80 -100 psi,” tutur Mukhib yang punya berat badan di kisaran 65 kg.
Apa yang disampaikan Mukhib ini berkaitan dengan istlah Sag, yakni jarak suspensi yang bergerak ketika pengendara menaiki sepeda (kaki tidak menyentuh tanah). Satuan sag dapat dinyatakan dalam jarak (mm pada umumnya), ataupun dalam persen (%).
Sag adalah salah satu alasan kenapa kita perlu mensetting suspensi sepeda untuk performa sepeda yang maksimal.
Jika sag terlalu besar maka artinya suspensi sangat lembut. Jika ini yang terjadi, maka kemungkinan bodi menghantam fork sepeda, sehingga sepeda cepat rusak. Juga sepeda akan terasa berayun-ayun, dan membuat kita harus mengayuh lebih banyak dan cepat.
Beda lagi jika sag terlalu kecil, yang artinya suspensi sangat keras. Jika ini yang terjadi, badan lebih sering terkena guncangan. Juga membuat fork lebih kaku, sehingga pada jalan bergelombang, ban sepeda tidak selalu menempel di tanah. Akibatnya akan mengurangi grip atau daya cengkram ban terhadap permukaan tanah.
Pahami hal ini sebelum setting suspensi sepeda. (BM)