Start yang baik adalah salah satu kunci untuk memenangkan balap. Meski demikian, tak mudah juga untuk melakukan start yang baik. Terutama di kejuaraan supermoto, pada motor yang tidak dilengkapi takometer atau alat untuk mengukur putaran mesin atau rpm.
Hal ini diungkap oleh Gerry Salim, pembalap kelahiran 19 April 1997 asal Surabaya yang konsisten mengikuti berbagai ajang kejuaraan balap nasional maupun internasional.
“Selama berkecimpung di kejuaraan supermoto, saya menggunakan motor-motor Honda CRF150L, CRF250R, dan CRF450R. Semua motor tersebut tidak dilengkapi takometer,” buka Gerry.
Padahal takometer ini sangat penting bagi pembalap untuk mengatur putaran mesin sesuai keinginannya saat hendak start.
Kita lihat saja di kejuaraan MotoGP. Biasanya setelah sesi kualifikasi, beberapa pembalap melakukan latihan start bersama. Menurut Gerry, sebenarnya apa yang mereka lakukan ini adalah latihan start dengan cara ngepasin rpm pas lampu hijau menyala (tanda start).
“Begitu mereka merasa rpm sudah pas, yang mereka lakukan berikutnya adalah tinggal menunggu moment yang pas untuk lepas kopling. Jika rpm belum pas, mereka akan request ke mekanik,” ungkap Gerry yang mengaku juga melakukan hal yang sama saat mengikuti kejuaraan balap internasional seperti Asia Dream Cup, All Japan Championship, ARRC, CEV, maupun Moto2.
Baca Juga: Perjalanan Gerry Tembus Kompetisi International
Dari sini Gerry melihat, masing-masing motor yang pernah dibesutnya (Honda CBR250R, NSF250R, CBR600R, CBR250RR, NSF250RW, dan KTM RC250) punya karakter masing-masing. Dan ini yang harus dipelajari oleh pembalap.
“Kalau kebetulan karakter motor pas dengan karakter pembalapnya, maka proses adaptasi berjalan dengan cepat,” tutur Gerry sambil mencontohkan keberhasilan Jorge Lorenzo menjadi juara dunia beberapa kali di MotoGP itu salah satunya karena karakter Yamaha M1 yang smooth sesuai dengan gaya balapnya yang juga smooth.
“Begitu dia pindah ke Ducati, sepertinya dia butuh waktu lama untuk menyesuaikan karakternya dengan motor yang agresif,” analis Gerry yang mengaku gaya balapnya cenderung mirip dengan Lorenzo yang smooth ketimbang Marc Marquez yang agresif.
Kembali lagi ke supermoto. Lantas bagaimana cara melakukan start yang baik di supermoto, ketika motor tidak dilengkapi dengan takometer?
Gerry kembali menjelaskan, untuk CRF150L, dan CRF250R yang tidak dilengkapi takometer, maka pembalap mengandalkan feeling.
Baca Juga: Gerry Salim Jelaskan Setting Motor Pacuannya
“Ada juga pembalap yang pakai hitungan detik. Kira-kira berapa detik lampu hijau akan menyala? Tapi menurut pengalaman Gerry, pakai hitungan seperti ini berisiko jump start atau telat start,” kata Gerry yang lebih memilih andalkan feeling dan fokus ke lampu start.
Bagaimana dengan CRF450R yang dipakainya di kelas FFA? Menurut Gerry, meski tidak dilengkapi takometer, namun CRF450R mempunyai launch control.
“Kita tinggal buka gas mentok saja, nanti launch control ini yang mengatur secara otomatis seberapa tinggi putaran mesinnya. Jadi pembalap nggak kuatir roda depan terangkat. Tinggal ngepasin aja, kapan lepas kopling dilakukan,” jelas Gerry yang mengaku belum pernah mengukur, seberapa tinggi putaran mesin di-set oleh launch control pada CRF450R.
“Yang Gerry rasakan, rpm nggak sampai mentok. Mungkin di kisaran 9.000 rpm. Begitu lepas kopling, rpm langsung naik,” kata Gerry yang mengaku sudah pas dengan putaran mesin pada launch control besutannya. (BM)